HARI PENTAKOSTA Bacaan
Alkitab: Yoel 2: 28-29
Seorang anak ditanya gurunya, "Kamu ingin menjadi apa
kalau sudah besar?" Serta merta ia menjawab "Dokter!" Sang Guru
bertanya lagi "Mengapa dokter?" Dengan tenang ia menjawab "Karena bisa
menyembuhkan Paman yang sakit." Ketika kawan anak itu ditanya gurunya
pertanyaan yang sama, kawannya menjawab "Anggota DPR!" Ketika ditanya
lebih lanjut alasannya, ia menjawab dengan mata yang berbinar-binar,
"Banyak uangnya, Pak". ltulah pikiran khas anak-anak. Apa yang ada dalam
pikirannya dengan serta merta disampaikan.
Dalam banyak kasus, pikiran anak-anak
inidipengaruhioleh apa yang dia alami, apa yang dia dengar dan apa yang
dia rasakan. Spontanitas! Dalam era ketika teknologi informasi sangat
mempengaruhi pikiran banyak orang lewat media massa cetak dan kaca.
Pikiran-pikiran mereka dengan mudah dapat dipengaruhi orang lain. Ketika
kemewahan dan kemakmuran ditawarkan secara menggila-gila lewat iklan,
sangatlah sulit dihindarkan kalau sikap anak-anak sekarang adalah
demikian. Pertanyaan yang patut dikemukakan adalah, apakah itu yang
merupakan tujuan hidup manusia? Apakah tujuan hidup itu?
Nabi Yoel menjawab pertanyaan itu ketika
dia bernubuat bagi bangsa Yahudi lewat kitabnya, khususnya yang dibaca
kini, yaitu pasal 2: 28-29. Latar belakang nubuatan Nabi Yoel ini adalah
kehidupan bangsa Yahudi dalam masa penjajahan yang dilakukan Persia.
Penjajahan ini terjadi setelah sebelumnya tahun 597 SM dan 586 SM
(sebelum Masehi) kerajaan Yehuda dihancurkan oleh Nebukadnezar, Raja
Babylonia Baru. Dalam proses penghancuran itu, Yerusalem, lbukota
kerajaan Yehuda, dan Bait Allah yang adalah simbol keagamaan bangsa
lsrael dan Yehuda dihancurkan rata dengan tanah. Ini suatu pukulan telak
bagi kerajaan Yehuda. Para elit kerajaan dibuang ke Babylonia, tinggal
rakyat kecil saja di Yerusalem. Mulai saat itulah istilah Yahudi mulai
digunakan untuk menyebutkan para penduduk kerajaan Yehuda ini dan mereka
mulai disebut bangsa Yahudi.
Pembuangan yang berlangsung dari tahun
586 SM - 538 SM berakhir ketika Koresy, Raja Persia menaklukan Babylonia
Baru. Koresy inilah yang membawa bangsa Yahudl dibawa kembali ke
Yerusalem. Mereka diperkenankan untuk membangun kembali Bait Allah, Bait
Allah II. Begitu pula dengan kebebasan untuk mempraktekkan agama mereka
dengan leluasa. Bangsa Yahudi pada waktu itu dipimpin oleh seorang
Bupati dan seorang Imam Besar yang diangkat oleh Persia dari bangsa
Yahudi sendiri. Dalam situasi berada di bawah penjajahan Persia, politik
tidak berkembang. Yang berkembang dengan leluasa adalah bidang
keagamaan. Dengan demikian Imam-Imam di bawah pimpinan Imam Besarlah
yang sangat mempengaruhi kehidupan bangsa Yahudi. Dalam situasi tersebut
nabi Yoel bernubuat, bahwa ada suatu harapan bagi perubahan besar di
masa depan. Itulah kenyataan yang terdapat dalam kitab nabi Yoel.
Pasal 2:28-29 ini haruslah dibaca mulai
dari ayat 18. Dalam pasal 2:18-32 digambarkan suatu keadaan baru yang
akan dialami bangsa Yahudi pada Hari Tuhan. Hari Tuhan itu adalah konsep
ketika Tuhan secara langsung terlibat dalam kehidupan bangsa Yahudi dan
memberikan kepada mereka suatu kualitas kehidupan yang sama sekali
baru, lebih baik dari sebelumnya. Ayat 18-27 berhubungan dengan keadaan
material dari kehidupan bangsa Yahudi, sedangkan ayat 28-29 berhubungan
dengan keadaan spiritual. Makanan dari tanah dan binatang tersedia
melimpah bagi bangsa Yahudi atas berkat Tuhan semata; bukan karena hasil
kerja bangsa Yahudi.
Berdasarkan berita nabi Yoel, campur
tangan Tuhan dalam kehidupan bangsa Yahudi tidak terbatas hanya pada
hal-hal atau kebutuhan material saja, tetapi juga pada yang spiritual.
Dari sisi material, Tuhan memberkati bangsa Yahudi dengan makanan yang
dibutuhkan, ancaman dari luar yang bisa muncul pun akan ditiadakan,
binatang akan memiliki makanan yang cukup, hujan yang turun terus
sehingga tanaman tumbuh dengan teratur, dsbnya. Tuhan memperlengkapi
semua kebutuhan material bangsa Yahudi. Sedangkan dari sisi spiritual,
Tuhan memberikan Roh-Nya yang akan membuat kehidupan manusia lebih
berkualitas (ay 28-29). Oleh karena itu dikatakan bahwa pada hari itu
anak-anak laki dan perempuan akan bernubuat; orang-orang yang tua akan
mendapatkan mimpi; teruna-terunamu akan mendapat penglihatan; bahkan
budak laki dan perempuan tak lepas dari curahan Roh Tuhan itu. Dalam
keluarga, curahan Roh Tuhan akan memberikan kepada mereka suatu kualitas
hidup yang tidak material, akan tetapi yang spiritual. Yang material
sudah sangat menyenangkan karena manusia tidak harus bersusah payah
bekerja keras untuk mendapatkannya. Akan tetapi kepenuhan secara
material bukanlah seluruh kenyataan kehidupan manusia. Ada sisi lain
dari kehidupan manusia, yaitu sisi non-material. Seringkali sisi inilah
yang lebih memberikan ketenangan kehidupan dari pada kepenuhan material.
Banyak kali dijumpai orang-orang yang
memiliki kecukupan secara material tapi tidak puas dengan kehidupannya.
Setelah itu lalu berusaha masuk dalam hal-hal yang spiritual sifatnya.
Alasan yang sering dikatakan adalah untuk menjamin kehidupan akhirat.
Mereka menyumbangkan banyak dari kekayaannya, bahkan waktu mereka, untuk
terlibat dalam kegiatan-kegiatan kerohanian. Apa masalahnya? Mereka
ingin jaminan yang berhubungan dengan hal-hal spiritual. Mereka ingin
adanya kepastian kehidupan mereka dalam hubungan dengan yang ilahi, yang
tidak terjangkau oleh kemampuan mereka.
Dalam ayat 28-29 dikatakan bahwa semua
kebutuhan akan dicurahkan begitu saja oleh Tuhan kepada seluruh manusia.
Tidak dapat dicapai oleh usaha manusia. Bila Tuhan berkenan
memberikannya, Ia memberikannya begitu saja. Usaha manusia untuk
memilikinya akan sisa-sia kalau Tuhan sendiri tidak berkenan kepadanya.
Mengapa perkenan Tuhan itu penting? Karena kalau Tuhan mencurahkan Roh
Tuhan kepada manusia, hal itu berarti Tuhan pasti mempunyai maksud.
Maksudnya sudah tentu adalah agar manusia yang dicurahi Roh Tuhan dapat
menikmati segala kelebihan yang dimilikinya sesuai perkenan Tuhan, yaitu
mau berbagi dengan sesama yang lain. Manusia patut bersyukur bahwa
hidupnya berkenan dipergunakan Tuhan. Namun, itu bukanlah tujuan akhir
dari kerja Tuhan dengannya. Tidak dapat diingkari bahwa kalau Tuhan
menggunakan kehidupan seseorang untuk maksud-Nya, maka itu pasti
berhubungan dengan maksud Tuhan bagi sesama manusia lainnya.
Pertanyaan yang muncul adalah ”Apa
maksud Tuhan dengan hidup yang dicurahi Roh Tuhan, sehingga memiliki
kemampuan untuk mengetahui rahasia Tuhan dan dapat menyatakan rahasia
itu kepada sesama manusia lewat nubuat, mimpi dan penglihatan? Siapakah
sesama yang Tuhan maksudkan?” Ketika pertanyaan tersebut diajukan, maka
manusia akan dapat menikmati kehidupan secara material dan spiritual.
Kecukupan materialnya akan menjadi berkat juga bagi sesamanya. Ketika
itu terjadi, barulah hidup manusia itu menjadi hidup yang bermakna.
Kalau kecukupan material hanya dinikmati sendiri dengan keluarganya,
maka makna hidupnya hanya bagi diri sendiri. Akan tetapi ketika
kecukupan material dapat juga digunakan untuk melayani sesamanya, maka
genaplah makna kehidupan itu. Itulah hidup yang diberkati. Mengapa?
Karena manusia beroleh kesempatan semasa hidupnya untuk tidak hanya
hidup bagi dirinya sendiri tetapi hidup bagi sesama karena berkat Tuhan.
|